Sabtu, 16 April 2011

untuk para perempuan lajang

Dear anyone,

Aku termenung tepat setelah seorang karibku mengirimkan sebuah pesan, "Suamiku tak sehati, so bored, sampai kapan bisa beradaptasi dengan kondisi seperti ini.....apakah begini kehidupan setelah menikah?" Damn! Mereka sepasang newly wed yang baru menikah 5 bulan, atas pilihan mereka sendiri. Aku tak bisa menjawab perkataan sahabatku ini, tentu saja karena aku belum pernah menikah dan tak tau bagaimana tepatnya perasaan dia.

2 tahun terakhir ini pikiranku penuh sesak dengan wacana seputar pernikahan, terlebih setelah keluarga mulai menunjukkan harapan mereka secara gamblang tentang kapan aku akan menikah, bagaimana, dengan siapa, dan desakan-desakan verbal yang masih terdengar halus di telinga.....desakan halus yang makin hari aku rasakan makin menusuk relungku. Sesungguhnya aku tak terlalu perduli bahwa aku belum menikah, sesungguhnya aku ragu pada sebuah pernikahan. Tapi bukankah aku tak boleh egois dan bahwa aku seharusnya sadar bahwa melihat aku menikah akan memekarkan kuncup-kuncup bunga di hati mereka dan mengembangkan seutas senyum abadi di wajah mereka. Ya.....dan akhirnya aku pun tersadar bahwa aku membutuhkan seorang pendamping yang bukan saja mampu membuat keluargaku bahagia tapi sejatinya untuk ada di sisiku saat suka dan duka, selamanya.

Aku mencari jawabannya, bertanya pada sang pencipta ruh-ku tentang kapan, siapa dan bagaimana..... Tapi Dia menuntunku untuk bersabar meskipun aku tetap saja gundah.

Di suatu waktu aku terhenti di depan pintu hatiku sendiri. Hatiku bertanya, tak lelahkah dengan semua pertanyaanmu? Kenapa tak berhenti saja dan lihat lebih jauh ke dalam jiwamu, bahwa keadaanmu saat ini adalah penuh dengan kebaikan, pikirkanlah..... Tuhan memberimu lebih banyak waktu untuk dirimu sendiri untuk bersantai, bepergian, melakukan apa saja yang kamu mau di saat teman-teman sebayamu harus membaginya dengan anak dan suami. Bukan sekali dua kali kamu dengar mereka berkata "Aku ingin kembali seperti dulu, seperti saat belum menikah, melepaskan semua lelah ini dan merasa bebas". Kelak mungkin kamu akan berkata seperti itu juga, jadi nikmatilah saat-saat ini. Yang ingin aku beritahukan padamu adalah tentu saja mereka yang telah menikah merasakan kebahagiaan dalam berumah tangga namun bukan berarti kamu yang saat ini berada dalam kesendirianmu lantas mendesak Tuhan untuk segera mempertemukanmu dengan seseorang hanya karena alas an desakan, keinginan yang belum pasti, tuntutan umur dan celotehan orang-orang di sekitarmu. Dan ingat pula bahwa laramu ini kelak akan menjadi hal yang kamu rindukan. Rumah tangga adalah sebuah harmoni yang mendentingkan nada yang berbeda, riuh rendah, mendamaikan ataupun menggelisahkan namun berjalan beriringan untuk melahirkan rangkaian nada yang indah....tapi sekali lagi dear, bukan alasan untukmu ikut dalam aliran nada mereka kecuali kamu telah benar-benar siap.

Semua sudah tertulis dengan pasti dan tak ada seorang pun yang sanggup mengubahnya. Jadi, apakah kegalauan yang menyita waktu dan perasaanmu ini akan sepadan dengan kebahagiaan yang seharusnya bisa kamu rasakan andai saja kamu memandang hidup dengan lebih bijak. Kebahagiaan itu akan datang dengan waktunya sendiri, dan itulah saat kamu sadar bahwa apapun keadaanmu selalu tersimpan kebaikan di dalamnya. Bersyukurlah.


Teruntuk Perempuan Lajang 1
tulisan : kaira

di http://ngerumpi.com/baca/2011/04/16/teruntuk-perempuan-lajang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar