Jumat, 15 April 2011

smart or beauty, pilih mana ya bun?

Beberapa hari ini Fathir, ayah Azka dan Syarif, ada di rumah. liburan kantor. bunda jadibanyak tersenyum. azka mengamati perubahan itu. rumah yang biasanya ramai dengan pertengkaran kecil antara Azka dan Syarif, kini ramai juga dengan kunjungan beberapa kerabat juga datang berkunjung. Arif, keponakan Fathir pun juga berkunjung. Azka mengamati kedatangannya yang tak biasa.

"ada apa dhe'?" tanya Syarif mengagetkan azka.

"itu mas. mas Arif datang" azka mengarahkan telunjuknya pada sosok-sosok yang memasuki halaman rumahnya. "mas Arif sama siapa ya? azka ko ndak pernah liat."

syarif mengamati adiknya yang sedang mengintip diantara korden ruang tengah. muka adiknya yang serius membuatnya gemas.

"sakit!" azka menjerit saat syarif mendaratkan cubitan kecil di pipi azka. syarif berlari sambil menjulurkan lidahnya. "ayaaaaaaaaaaaaah, mas syarif nakaaaaaallll............!!! bundaaaaaaaaaa.....!!!"

'tuwh kan, ngadu deh...' syarif menggelengkan kepala mendengar teriakan adiknya yang menggema di penjuru rumah.



ayah membukakan pintu untuk Arif. Arif cukup sering berkunjung ke rumah azka. azka pun cukup akrab dengan sepupunya itu. tapi siapa ya mbak-mbak yang datang sama mas arif itu?

setelah cukup lama mengobrol dengan ayah dan bunda azka, arif mengunjungi sepupu-sepupunya. Azka sedang bermain dengan krayon dan pensil warnanya pun terusik melihat sekelebat bayangan arif yang mendekatinya.

"mas, itu siapa?" azka menunjuk perempuan ang sedang mengobrol dengan bunda dengan dagunya.

"ooo... itu pacarnya mas arif. cantik ya?"Arif sedikit bangga memperkenalkan identitas teman yang dibawanya.

azka mengerut kening sejenak, lalu ditariknya ujung baju arif, "kata ustadz farhan, pacaran itu ga boleh!"

arif yang duduk di taun pertama universitas itu hanya tersenyum mendengar ucapan tegas azka. azka tidak menyerah, arif yang sepertinya tidak mau komentar pun jadi menemani azka beradu argumen.

'ah, anak ini... pasti para cowok bakal takut padanya. pinter sih.'



pemahaman pacaran yang konsepnya hanya mengikuti tren dunia yang selalu tak senada bagi beberapa kalangan pun sedikit banyak telah meracuni pikiran anak-anak jaman sekarang. bahkan dengan adanya tren ini, kadang ada orang tua yang cemas bila anaknya tidak punya pacar. bagaimana denganmu? apa yang kamu pikirkan tentang hal ini?



malam itu syarif sedang mengerjakan pe er sejarahnya. ayah sedang membaca koran dan bunda sedang mendampingi syarif belajar. disamping syarif, azka sedang mencoret-coret kertas kosong. tidak ada gambar yang jelas. Fathir hanya melirik sekilas saja, kemudian ia tertarik pada apa yang dilakukan putrinya.

"bikin apa sayang?" tanyanya pada azka setelah meletakkan koran yang dibacanya.

"ga ada yah."

jawaban singkat itu membuat Fathir heran, apa lagi coretan karya putrinya. sekejap pandangannya beradu dengan pandangan mata bunda. sekilas. dan itulah komunikasi antara ayah dan bunda azka. detik berikutnya, bunda tersenyum dan kembali mencurahkan perhatiannya pada syarif. mungkin ia memberikan kesempatan pada fathir untuk menjawab apa yang mungkin akan ditanyakan.

"ayah...."

"apa sayang?"

"kata mas arif, jangan pinter-pinter jadi cewek itu, nanti nggak laku."

bunda terkejut mendengar kalimat pancingan azka. tadi ia sempat melihat azka dan arif ngobrol saat ia ngobrol dengan nadia, teman arif. tapi ia lupa, ia belum menanyakan apa yang tadi mereka bicarakan. dan sambil memandu syarif belajar, ia menyimak apa yang sedang dibicarakan suami dan anaknya.

"memang kalo pinter kenapa?" ayah menanggapai ucapan azka.

"katanya cowok nggak seneng cewek pinter."

"kenapa?"

"mas arif nggak bilang tuwh."

ayah tertawa lalu mengusap lembut kepala azka, kemudian ia beranjak meninggalkan mereka semua.

'ah, ayah ini....' azka memancungkan bibirnya, tidak puas.

bunda paham, ini rumit memang. azka baru menginjak kelas 4 SD. dan bahasan itu terlalu dini untuk masuk dalam ruang pemahamannya. tapi apa boleh buat, bukankah itu tak boleh dibiarkan mengambang dalam benaknya kan bun?

kali ini azka mendekati bundanya.

"belajar sama mas syarifnya udahan donk bunda...."

bunda paham, kali ini putrinya memohon padanya untuk mendengar apa yang ingin ia sampaikan. dialihkan pandangannya pada syarif.

syarif paham dengan maksud pandangan bunda. "mas syarif belajar sama ayah aja deh, bunda belajar sama d'azka aja...."

"makasi ya mas. bunda azka pinjem dulu."



"bunda, jawab pertanyaan azka donk...."

"yang mana sayang?"

"yang itu tuwh...."

"kenapa ko nggak pinter? emangnya azka mau jadi bodoh?"

azka menggeleng kuat. bunda sampai takut leher putrinya bisa copot karena begitu kuatnya gelengan kepala azka.

"sayang, yang tadi azka tanyakan itu adalah pendapat mas arif aja sayang. belum tentu semuanya akan mikir seperti itu. apa menurut azka, bunda ini ndak pinter?"

azka terkejut. "bunda pinter ko bun. kalo bunda nggak pinter, azka ma mas syarif pasti nggak ada yang ngajarin kalo lagi belajar. nggak ada yang bisa nemenin azka ngobrol kalo azkabingung. bunda pinter banget ko...."

"ayah azka ko milih bunda yang pinter untuk jadi bunda azka ya? berarti kan nggak semuanya kayak mas arif."

"ayah, menurut ayah, bunda itu pinter nggak sih?" azka bertanya pada ayahnya. ia ingin memastikan pendapat ayahnya tentang bundanya.

"pinter banget malahan." ayah tersenyum menjawab pertanyaan putrinya yang cerdas.

"ayah ko milih bunda. nggak takut ya kalo bunda lebih pinter dari ayah?"

"justru karena bunda pinter, ayah harus bisa lebih pinter lagi donk...."

Fathir duduk di dekat azka. "kalo semua perempuan nggak boleh pinter, jadinya kan semua ibu jadi nggak pinter juga donk sayang. kalo nggak pinter, siapa yang akan ngajari anak-anaknya waktu belajar? siapa yang akan merawat azka dan mas syarif kalo bunda nggak pinter? karena bunda pinter, jadi bunda bisa mendidik putra putri ayah jadi sepandai ini. bunda keren ya?"

"iya. bunda keren banget."

"bundanya mas syarif!" syarif menimpali ucapan ayahnya.

"bundanya azka!"

ayah tersenyum dan menggeleng ke arah syarif.

"ayah, ayah pilih yang pinter donk berarti. gimana dengan yang cantik yah?"

bunda tersenyum. 'gimana ayah akan menjawab putri cerdasnya ya?'

"azka lebih bangga punya bunda cantik tapi ga pinter, atau pilih punya bunda pinter tapi nggak cantik?"

"ah, susah ayah."

"bunda....." kali ini azka meminta bantuan bundanya untuk menjawab pertanyaan ayahnya.

"yang pinter dan yang cantik donk sayang. cantik nggak harus cantik mukanya. cantik itu adalah cantik hatinya, cantik akhlaknya dan cantik otaknya. berarti kan cerdas ya?" jawab bunda sambil membawa nampan berisi empat gelas teh hangat.

"itu mirip sama jawaban azka yah.."

"tapi ko bunda yang jawab?" kali ini ayah menggoda azka. 'putriku yang keras kemauannya, cerdas.'

"ah ayaaaaaah....."

"cantik, cerdas, sholehah, itu baru anak ayah."

"tapi d' azka itu nggak cantik lho yah" syarif mengolok-olok adiknya.

"bundaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......... mas syarif mulai lagi...!!!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar