Jumat, 15 April 2011

Rokok dan Pembangunan Daerah Dan Nasional: Pengembangan Ekonomi Wilayah dengan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

A. Rokok dan Sosial-Budaya

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walapun pada kenyataanya itu hanya sekedar hiasan dan jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Kebiasaan merokok nampaknya telah menjadi fenomena sosial yang cukup luar biasa, tetapi tidak banyak memperoleh perhatian dan sorotan masyarakat dewasa ini. Disadari atau tidak, merokok telah menjadi pecandu berat dan orang lain mengikutinya tanpa berpikir efek samping yang ditimbulkan dari budaya yang cukup membahayakan ini. Dalam berbagai kesempatan kita selalu menyaksikan seseorang sedang merokok. Dari lingkungan masyarakat kecil hingga masyarakat elit di seluruh dunia, banyak perokok bertebaran.
Sementara di Indonesia, budaya merokok ini telah menjadi fenomena sosial yang luar biasa pula. Para pecandu rokok cukup memprihatinkan seolah tidak mengenal etika sosial. Setiap waktu kita temukan seseorang sedang merokok di sembarang tempat-tempat tanpa mempertimbangkan aspek negatif yang dapat ditimbulkan dari budaya itu, dari mereka yang tergolong miskin hingga terkaya, mereka yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan adalah sama-sama tidak mengindahkan etika sosial selama ini dengan merokok sembarangan.
Peraturan tentang larangan merokok di tempat-tempat umum di Indonesia juga tidak pernah ditegaskan secara definitif. Di samping itu, sebagian besar para perokok di Indonesia juga termasuk individu-individu yang tidak disiplin. Meskipun ada larangan merokok di tempat-tempat umum, misalnya mereka dengan seenaknya melanggarnya. Padahal mereka sudah tahu bahwa asap rokok juga bisa menyebabkan penyakit pada orang-orang di sekitar mereka (perokok pasif), tetapi perokok aktif seolah tak peduli dengan kepentingan perokok pasif dan lingkungannya.

B. Ekonomi dan pembangunan wilayah

Merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit timbul pada orang yang mengkonsumsinya dan orang-orang di sekitarnya. Walaupun sudah tahu bahaya merokok, kebanyakan orang masih saja mengkonsumsinya karena menurut mereka, ketika merokok ada kenikmatan tersendiri dan ada beberapa keuntungan lain yang didapatkan.
Walaupun pemerintah tahu bahaya merokok, tapi mereka tidak bisa begitu saja membuat aturan larangan merokok di tempat umum, perlu dikaji dan dianalisis terlebih dahulu. Di beberapa negara lain, larangan merokok di tempat umum sudah diberlakukan. Sebagai konsekuensinya, fasilitas tempat khusus untuk merokok telah banyak disediakan. Di Indonesia, hal itu belum bisa diimplementasikan karena sarana tempat khusus merokok yang harus disediakan bagi perokok harus dibangun di berbagai tempat.
Dari segi ekonomi, pabrik rokok merupakan salah satu industri nasional yang menghasilkan devisa yang cukup besar bagi negara. Sehingga jika semua pabrik rokok ditutup, keuangan negara akan semakin defisit. Selain itu, banyaknya pekerja yang bekerja di pabrik rokok akan menambah pengangguran dalam jumlah besar jika semua pabrik rokok ditutup.
Sebagai pendukung perkembangan ekonomi nasional, ekonomi wilayah mendukung pengembangan dan peningkatan ekonomi secara luas dalam suatu negara. Proses pembangunan ekonomi dilihat dari pandangan teori pembangunan akan menempatkan unsur-unsur wilayah yang merupakan unsur sub nasional menjadi penting dan menarik dalam perencanaan pembangunan sehingga wilayah-wilayah memiliki peranan yang jelas dan sangat menentukan.
Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja pembangunan yang sangat baik, bisa saja mendatangkan suatu masalah sosial ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksnya masalah sosial ekonomi akan bertambah besar dengan semakin luasnya ruang lingkup permasalahan tersebut.
Pembangunan tidak hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan pokok saja, tetapi manusia memiliki kebutuhan lain yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Besarnya jumlah penduduk dapat menjadi pendukung pembangunan atau malah menjadi hambatan dalam pembangunan. Pemerataan jumlah penduduk dengan upaya transmigrasi juga bukan merupakan upaya yang ideal dalam pemnagunan bangsa. Besar biaya yang dikeluarkan untuk upaya ini tidaklah menjadikan kas negara bertambah, sebaliknya kas negara akan semakin habis untuk upaya ini saja.
Pembangunan ekonomi banyak dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dengan faktor-faktor produksi dan juga sifat-sifat manusia itu sendiri. Dari segi penduduk merupakan faktor produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi. Tenaga kerja (man power) yang terdiri atas penduduk yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) inilah yang dapat dianggap sebagai faktor produksi.
Produktifitas mengadung pengertian filosofis, definisi kerja dan operasional. Secara filosofis, produktifitas merupakan pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk mrningkatkan mutu kehidupan. Hal ini akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.
Secara definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara yang dicapai (keluaran) dan keseluruhan sumber daya (masukan) yang digunakan per satuan waktu. Dalam hal ini, terkandung cara atau metode pengukuran. Tentunya, cara ini sukar untuk dipraktekkan, karena pada umumnya berbagai macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda.
Pengertian secara operasionalnya, peningkatan kemampuan kerja merupakan faktor strategis, karena faktor-faktor produksi yang lain sangat bergantung pada kemampuan manusia yang memanfaatkannya.
Dengan memahami hal ini, industri-industri di daerah berusaha mengoptimalkan potensi sumber daya manusia yang ada di daerah. Hubungan simbiosis antara industri atau pabrik dengan masyarakat adalah hubungan yang mutualisme, dimana pabrik mendapatkan tenaga kerja untuk memproduksi sesuatu dan masyarakat mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan harian dan peningkatan kesejahteraan. Dapat diambil kesimpulan bahwa pabrik atau industri, terutama pabrik rokok, telah mengambil andil yang cukup besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengurangan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Hal ini yang secara tidak langsung mempengaruhi keberhasilan rencana pembangunan nasional.
Sebagaimana diketahui bahwa kemampuan dan potensi setiap wilayah berbeda satu sama lain, demikian pula masalah pokok yang dihadapinya juga tidaklah sama. Sehingga pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan harus disinkronisasi dengan usaha-usaha pembangunan regional.
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dari suatu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara. Ada beberapa indikator yang dapat dipilih sebagai indikator atau pengukur pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu wilayah. Konsep ini menyangkut pengaruh perdagangan yaitu dapat diperolehnya komoditas sebagai suplay hasil akhir yang meningkat melalui transaksi atau pertukaran antar wilayah.
Perdagangan secara umum bertujuan untuk meningkatkan manfaat bagi pihak-pihak yang berdagang. Demikian pula halnya perdagangan antar negara yang bertujuan untuk memperoleh manfaat ekonomi lebih tinggi bagi masing-masing negara. Secara teknis, perdagangan juga memungkinkan berkembangnya inovasi-inovasi teknologi baru untuk memperoleh perluasan pasar dan produksi.
Efisiensi produk tertinggi hanya dicapai apabila suatu negara dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memproduksi barang-barang yang besar permintaannya di pasaran dunia. Hubungan ekonomi dengan luar negeri mempunyai pengaruh yang besar untuk pengembangan ekonomi nasional. Bahkan dalam jangka panjang, proses ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi dunia melalui perluasan perdagangan internasional. Naiknya kapasitas produksi dan eksport serta naiknya tenaga beli negara belum maju dapat mendorong pembangunan ekonomi di negara tersebut semakin cepat.
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia, dengan tingkat kesejahteraan dibawah standart Internasional, menurut perhitungan IMF. Dengan adanya industri-industri rokok yang merupakan industri di daerah, dan melihat besarnya pasar penjualan rokok di dunia, sumbangan devisa yang diterima negara juga lebih besar. Selain itu, bagi pengembangan wilayah atau daerah, industri ini berperan besar dalam pengurangan tingkat pengangguran di daerah dan peningkatan taraf hidup masyarakat melalui usaha perengkrutan tenaga kerja, selain juga menambah jumlah pemasukan bagi kas daerah.
Dengan besarnya pengaruh perusahaan rokok dalam penerimaan daerah yang mendukung pembangunan secara nasional, dan bagai negara dalam hal pemasukan kas negara, maka kebijakan pemerintah terhadap sektor industri rokok ini perlu pemikiran yang tidak bisa diambil dengan sembrono. Karena kebijakan pemerintah dalam hal ini berkaitan dengan kebijakan fiskal, karena pengaruhnya pada pendapatan negara.

C. Daftar rujukan

Adisasmito, H. Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha Ilmu
Arfida. B.R. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Irawan. M. Suparmoko. 1999. Ekonomika Pembangunan, Edisi 5. Yogyakarta : BPFE
http://blackdra90n.wordpress.com/2007/03/11/rokok-dilema-kesehatan-dan-ekonomi diakses pada 230111
http://mencari-tau.blogspot.com/2009/12/contoh-karya-tulis-bahaya-rokok.html diakses pada 230111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar