sengaja azka menata ulang kamarnya. tempat tidur di dekatkan ke jendela. jam sebelas malam, tapi kantuk tak kunjung datang. lelah rasanya datang bertubi-tubi, tapi tak mampu menghanyutkannya dalam lautan mimpi.
entah apa yang dipikirkan, ia hanya terduduk, memandang keluar jendela, ke arah gelapnya langit malam. seperti benang kusut, mungkin itulah pengibaratan atas apa yang dipikirkannya seharian.
syarif melewati kamar adiknya, heran.
'kenapa lampunya belum dimatikan?' langkahnya terhenti, dan tangannya hendak mengetuk pintu kamar sang adik tersayang. biasanya azka akan mematikan lampu kamarnya dan menyalakan lampu di dekat tempat tidurnya.
'emmmmm......' sejenak terasa enggan untuk mengetuk. gimana kalo azka terbangun...?
tangan syarif memegang engsel pintu dan membukanya. tampak Azka yang duduk membelakangi pintu. 'adhe belum tidur juga ternyata.' Azka menoleh sejenak.
"mas syarif..."
syarif mendekati sang adik. pandangannya menyelidik kearah azka,lalu kearah dimana adiknya memandang. sunyi.
"ko belum bubu dhe? bukannya adhe ga boleh kurang rehat?"
"mas... sakit jantung itu... apa murnya ga akan lama ya mas?" azka bertanya tanpa menoleh pada syarif.
kaget. syarif teringat berita yang bunda sampaikan padanya, adiknya terkena sakit jantung. mungkin masih tahap ringan. setelah vonis asma dan gangguan saluran pernafasan, ternyata tak hanya itu.... bagaimana menjawabnya, bukankah usia adalah urusan Allah? syarif menghela nafas, bingung....
"dhe, azka adhe mas yang paling mas sayangi di dunia ini,kenapa adhe tanya begitu? adhe ingat, Allah nggak suka pada hambaNya yang berputus asa. adhe pasti bisa sembuh."
Azka tersenyum ke arah syarif. "mas cuma mau menghiburku kan...?"
perih. 'bagaimana aku menguatkannya Ya Allah?'
syarif mengusap kepala adiknya dengan sayang. "istirahatlah. ade sudah cukup lelah. bukankah besok adhe ada acara sama Zhea dan Agheya?"
azka menurut. ditariknya selimut dan dibaringkannya tubuhnya meski ngantuk belum bisa menguasainya.
"adhe tau, ade pasti akan sembuh. adhe ga boleh sedih. gimanapun juga, adhe harus tetap bersyukur. jangan sampe adhe kecapean, selama adhe bisa jaga diri dan denger apa kata bunda, adhe akan baik-baik aja."
"iya. makasi ya mas."
"iya...." syarif mengecup kening azka, kebiasaan yang biasa dilakukan dan ditularka oleh bunda pada anak-anaknya. syarif menutup pintu kamar adiknya. sedih.
di kamar bunda, bunda tak henti berdoa. tangisnya meleleh.... "lindungi putra putriku Ya Allah. kuatkan hati mereka untuk menghadapi semua ujianMu. ringankan beban mereka, mudahkan rizki mereka...." bunda terisak sambil memohon mengisi hening malam hingga fajar menyapa.
kuatlah wahai penegak agama Allah, bersabarlah.... bukankah Allah tidak menciptakan sesuatu untuk kesia-siaan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar