Marhaban yaa sahru as – shiyam..
Dalam sebuah surat dalam Al – Qur’an Allah berfirman, “wahai orang – orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana orang – orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Yaitu dalam hari – hari yang telah ditentukan ( penuh satu bulan ramadhan ), maka barang siapa yang sakit diantara kamu, atau sedang dalam bepergian, maka wajiblah berpuasa di hari – hari yang lain, sebagai pengganti hari – hari yang ditinggalkan.” ( QS. Al Baqarah 183 – 184 )
Definisi puasa ( as – shaum ) secara etimologi bahasa arab adalah al – imsak yang berarti menahan diri. Adapun definisi puasa menurut terminologi fiqh adalah menahan diri dari makan dan minum dan hal – hal yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Sedang tentang syarat sah dan rukun – rukunnya, setiap imam madzhab memiliki pandangan yang hampir sama antara satu sama lain. Demikian juga dalam sunah – sunahnya.
Puasa adalah suatu amal ibadah yang rahasia sifatnya. Di dalamnya tidak ada unsur riya’ atau pamrih dan yang tahu pasti sah dan diterimanya puasa tersebut hanyalah Allah. Karena ibadah puasa adalah ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah dan berbeda dengan ibadah – ibadah yang lain. Sehingga Allah mengistimewakan pahala orang – orang yang berpuasa dengan ikhlas dan sungguh – sungguh.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “ adalah ketika tiba hari kiamat, tampaklah suatu jamaah yang melayang – layang, terbang dengan sayapnya seperti burung di pagar – pagar surga. Lalu malaikat penjaga surga bertanya, “ siapakah kalian?” Jawab mereka,” Kami adalah orang – orang dari umat Muhammad.” Malaikat bertanya,” beritahukanlah padaku, bagaimana hisab amal kalian?” Mereka menjawab “ Laa.. Kami tidak terkena hisab, kami lolos dari hisab.” Malaikat bertanya, “ bagaimana kalian melewati shirat?” Mereka menjawab,” Kami tidak melewati shirat.” Malaikat tersengang dan bertanya, “Bagaimana kalian bisa mencapai kedudukan yang tinggi ini?” Mereka menjawab, “ Ketika hidup di dunia kami beramal, taat dan beribadah kepada Allah denagn penuh rahasia. Karena itu kami sampai di tingkat tertinggi di surga inipun berlangsung dengan rahasia. “
Manfaat puasa yang dilakukan dengan sungguh – sungguh dan ikhlas, lillahi ta’ala, akan menjauhkan kita dari godaan setan dan hawa nafsu. Karena kita menahan diri dari hal – hal yang menbatalkan puasa kita. Selain itu, puasa akan membawa seseorang yang melaksanakannya pada perbaikan diri dan peningkatan kualitas iman.
Sebagaimana ibadah yang lain, apabila dilaksanakan dengan sungguh – sungguh, maka akan membawa pada perbaikan diri dan lingkungan. Banyak dikatakan bahwa orang – orang yang buruk akhlaknya, setelah berpuasa selama sebulan penuhpun mereka tetap bejat. Disini perlu adanya telaah atau muhasabah. Sudah benarkan puasanya? Sudah benarkah niatnya? Istiqomahkah ia? Dan sebagainya. Karena pengaruh ibadah seseorang tergantung pula pada kualitas ibadah yang telah dijalaninya.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa. Allah membuka pintu rahmadNya dan menutup pintu siksaNya. Membuka pintu ampunan bagi hamba – hambaNya yang bertaqwa.
Diriwayatkan bahwa nabi Muhammad SAW bersabda,” Lima perkara yang diberikan kepada umatku dan tidak pernah diberikan kepada umat yang lain sebelumnya, yaitu Allah memandang umat ini dengan penuh rahmat. Yaitu Allah memandang umat ini penuh dengan rahmat. Pada malam pertama bulan Ramadhan, barabg siapa yang dipandang olehNya dengan penuh rahmad, maka Allah tidak akan menyiksanya selama – lamanya. Kedua, malaikat beristighfar untuk umat ini atas perintah Allah. Ketiga, bau mulut orang yang berpuasa disisi Allah akan digantikan dengan wewangian yang wanginya melebihi wangi kesturi. Keempat, Allah berfirman dan memerintahkan surge untuk mempercantik diri dan diperuntukkan bagi umatku yang bertaqwa kepadaNya. Kelima, Allah mengampuni seluruh umat ini ( umat nabi Muhammad SAW ).
Tentang besarnya ampunan Allah pada bulan Ramadhan, nabi SAW bersabda, “ Sesungguhnya setiap bulan Ramadhan, Allah membebaskan penghuni neraka sebanyak enam ratus ribu orang yang telah mendapat siksa hingga lailatul Qadar, bahkan di malam lailatul Qadar Allah membebaskan mereka dengan jumlah yang lebih besar dari itu, yaitu sejumlah mereka yang telah dibebaskan sejak awal. Kemudian tepat pada hari raya Fitri, lbih besar lagi, yaitu Allah membebaskan mereka sebanyak yang telah Allah bebaskan sejak awal Ramadhan hingga datangnya idul Fitri.”
Dan tentang keistimewaan lain dari bulan ramadhan, rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa pada bulan ini Allah memerintahkan para pencatat amal untuk menulis amal – amal baik umat Muhammad tanpa mengikutsertakan amal – amal buruk mereka, dan Allah melenyapkan dosa – dosa yang telah lalu.
Karena banyaknya keistimewaan bulan ini, maka banyak makhluk Allah yang menangisi kepergian bulan Ramadhan. Kertka sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, beliau menjawab, “ karena mereka bersedih atas bencana yang menimpa umat Muhammad.” “ Yaitu kepergian bulan Ramadhan. Sebab pada bulan itu semua doa akan dikabulkan, semua sedekah diterima, dan amal – amal baik dilipatgandakan pahalanya, dan penyiksaan sementara dihapus. “
Tentang tingkatan – tingkatan berpuasa, Al Ghazali membaginya menjadi tiga tingkatan, yaitu puasa umum, puasa khusus dan puasa khawasul khawas.
Puasa umum adalah puasa yang dikerjakan oleh kebanyakan umat. Dimana mereka hanya sekedar lapar dan haus, tanpa dapat mengendalikan hatinya dari sifat – sifat buruk dan dari akhlaq – akhlaq yang tidak terpuji.
Puasa khusus adalah puasa yang dikerjakan oleh para shalihin. Mereka mengekang anggota badannya dari perbuatab dosa denagn istiqomah. Perbuatan tersebut adalah :
Menundukkan pandangan dari sesuatu yang tercela menurut agama.
Memelihara lisannya.
Memelihara telinganya dari apa yang dibenci oleh agama.
Memelihara seluruh anggota badannya dari apa yang dibenci oleh agama, termasuk memelihara perut dari makanan yang bersifat subhat. Karena kebanyakan orang yang berpuasa rusak puasanya karena berbuka dengan makanan yang haram dan subhat. Sebagaimana sabda rasulullah SAW, “ kebanyakan orang berpuasa tidak dapat memetik hasilnya, kecuali lapar dan dahaga.”
Tidak terlalu banyak mengisi perut waktu berbuka, sebab nabi SAW bersabda, “ Tiada orang yang lebih dibenci Allah dibandingkan orang yang suka memenuhi perutnya, meskipun dengan makanan yang halal.”
Puasa khawasul khawas adalah puasa khusus yang tingkatannya lebih tinggi. Karena tidak hanya memelihara anggota badan saja tetapi juga menjaga hati dari kemauan dan pikiran – pikiran yang rendah dan bersifat duniawi. Bagi orang – orang yang sudah ada dalam tingkatan ini, bila ia memikirkan sesuatu selain Allah maka ia akan merasa puasanya telah batal. Puasa yang demikian adalah puasa yang setingkat dengan para nabi dan shiddiqin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar