Ustadz menjawab
Assalamualaikum.
Ustadz, saya mau bertanya. Bagaimana cara supaya bisa membaca Al Qur’an dengan khusyu’ dan memahaminya dengan baik serta menginternalisasikannya ke dalam kehidupan kita? Terima kasih atas jawabannya.
Wassalamualaikum.
Luckman. FE-UB.
Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.
Untuk masalah ini, berangkat dari keimanan yang merupakan suatu kunci yang memberikan magnet atau daya tarik tersendiri ketika kita berinteraksi dengan Al Qur’an. Dan dengan keimanan itu pula akan menghantarkan kita pada alam Al Qur’an, menurut saya. Karena Al Qur’an memiliki sifat yang mutlak dan rabbani, artinya dalam tiap ayatnya memiliki nilai-nilai, kekuatan-kekuatan dan hal-hal yang sulit kita capai. Sehingga untuk dapat membaca dengan khusyu dan memahaminya kita membutuhkan beberapa hal yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Khusyu’ adalah at tadzallul wa al khudhu’, yaitu dimana kita merasa rendah, sehingga kita bisa merasakan keagungan Al Qur’an Al Karim. Kenapa kita perlu merasa demikian? Karena makhluk-makhluk di alam raya ini, semuanya bertasbih kepada Allah. Hal ini dijelaskan dalam surat Al hajj ayat 18, yang berbunyi :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
Inti dari ayat ini mengantarkan kita pada pemahaman bahwa semua makhluk di alam ini bertasbih pada Allah.
Pada surat Al Hasyr ayat 40 yang berbunyi :
وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى بَلْ لِلَّهِ الأمْرُ جَمِيعًا أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا وَلا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran itulah dia)[774]. Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
Dari ayat diatas, diceritakan bahwa gunung saja tidak mampu menerima satu bacaan ayat Al Qur’an, bagaimana dengan kita yang oleh Allah telah diberi potensi luar biasa seperti akal, hati, perasaan dan lain sebagainya itu?
2.Dalam berhadapan dengan Al Qur’an, kita harus memiliki perhatian kepada Al Qur’an atau ihtimam. Seperti bila kita mempelajari sesuatu tanpa memperhatikan tentu tidak akan memahami apa yang kita pelajari, demikian juga dengan mempelajari Al Qur’an. Yang harus kita perhatikan dalam mempelajari Al Qur’an adalah segi keagungan Al Qur’an, sehingga kita dapat meraih khusyu atau kesungguhan.
3.Khudhu’ kepada Al Qur’an adalah tunduk dengan penuh penghormatan, seakan-akan kita tengah berbicara dan berdialog dengan Allah. Sebagai contoh, kita berhadapan dengan guru atau dengan dosen ataupun dengan pejabat pemerintah, kita harus mampu membawa diri dan pembawaan kita, dan dengan penuh kerendahan diri sebagai wujud penghormatan kita terhadap posisinya sebagai orang besar. Demikian juga ketika kita berhadapan dengan Al Qur’an, perasaan demikian pulalah yang perlu kita hadirkan. Kenapa dihadapkan dengan seseorang yang dosanya tidak lebih sedikit dari kita saja kita menghormat? Bagaimana dengan ketika kita berhadapan dengan Allah? Karena pada hakikatnya, ketika kita membaca Al Qur’an, kita sedang berhadapan dengan Allah. Dalam suatu hadist rasulullah bersabda :
من اراد ان يتكلم مع الله فليقراء القران (رواه مسلم)
Untuk dapat memahami Al Qur’an, kembali pada pembahasan kita tadi tentang iman, yang merupakan patokan utama. Yang kedua adalah kita harus tau kaidah-kaidah bahasa Arab. Dengan pengetahuan ini, selain kita bisa memahami Al Qur’an, kita juga bisa menjaga tata krama kita dengan Al Qur’an, dalam hal tata krama membacanya, tata krama waqaf-ibtida’nya, atau fashohahnya. Karena tanpa kita tahu tentang fashohah, nantinya kita akan memulai dan berhenti pada makna-makna yang memilih arti, yang bisa jadi mengarah pada makna yang tidak beraturan.
Tentang bagaimana menginternalkan Al Qur’an ke dalam diri kita, perlu diketahui bahwa di dalam Al Qur’an terkandung nilai-nilai agung, yang sudah terintegrasikan dalam ajaran-ajaran agama Islam. Artinya, semua aktifitas yang diajarkan oleh Islam, telah terkandung di dalamnya nilai-nilai Al Qur’an. Contohnya adalah ketika kita berbuat baik, salaing menyapa dengan mengucapkan salam, menolong orang lain, bersabar dan akhlak-akhlak yang baik lainnya, pada hakikatnya sudah menginternalkan nilai-nilai Al Qur’an pada diri kita.
Assalamualaikum ustadz.
Saya mau bertanya tentang bagaimana strategi pendidikan yang ideal menurut Al Qur’an. Karena sebagaimana yang kita tahu, di negara kita ini telah terjadi perubahan kurikulum pendidikan yang berulang-ulang. Dan di setiap lembaga pendidikan juga memiliki strategi pendidikan yang berbeda-beda. Jadi orang berfikir tentang pendidikan ideal itu seperti apa. Mungkin anda bisa memberikan gambaran bagaimana strategi pendidikan dalam Al Qur’an.
Terima kasih. Wassalamualaikum.
Rindiatul Maknuniyah. PAI-UIN Maliki Malang
Waalaikum salam warohmatullah wa barokatuh.
Pertanyaan dari mbak Rindi ini bagus sekali. Mungkin pertanyaan ini muncul karena keprihatinan pada sistem dan strategi pendidikan nasional yang beberapa kali ini mengalami pergantian.
Al Qur’an sebagai petunjuk (hudan), yang sifatnya mengarahkan manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan dunia akhirat. Karena itu pendekatan dalam Al Qur’an adalah pendekatan yang bersifat rabbani. Artinya, pendekatan dalam Al Qur’an identik dengan strategi pendidikan strategis yang sudah dicanangkan olah Allah SWT. Yang dengannya pasti dan mampu membentuk pribadi hamba Allah yang sempurna. Yang pastinya akan membawa manusia pada kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan yang abadi di akhirat. Jaminan didalam Al Qur’an bersifat mutlak, sesuai dengan kemutlakan Allah SWT, sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an, surat Al Kahfi ayat 29 yang berbunyi : ....وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ
Jaminan kemutlakan itu terangkum dalam firmanNya dalam surat Al Maidah ayat 15-16:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ#يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
Dalam ayat tersebut terkandung bahwa pelajaran, pedoman terbaik dan mampu merubah karakter manusia kepada kemuliaan dan keselamatan dunia akhirat. Idealnya, sekarang adalah bagaimana manusia mengkaji dan menggali fenomena-fenomena di balik petunjuk itu, lalu memanagenya dengan baik.
Strategi pendidikan dalam pandangan Al Qur’an adalah sesuai dengan asas syariat Islam itu sendiri, yang berpusat pada tiga hal pokok, yaitu Aqidah (keimanan), amal (ibadah) dan moral (akhlak). Kalau dibahasakan dengan bahasa pendidikan maka akan dikenal dengan :
1.Pendidikan berkarakter akidah atau keimanan (tarbiyatul iman),
2.Pendidikan berkarakter amal atau ibadah (tarbiyatul ibadah), dan
3.Pendidikan berkarakter moral atau akhlaq (tarbiyatul akhlaq).
pengisi : ustadz Adnin, dalam forum tanya jawab, buletin An Naba, UIN Malang. edisi Mei
Tidak ada komentar:
Posting Komentar