Assalamualaikum.
Ustadz, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan kepada antum. Yang pertama adalah saya pernah mendengar tentang ghoroibul kalimat dalam pembelajaran tentang al qur’an. Yang ingin saya tanyakan adalah apa maksud dari ghoroibul kalimat tersebut, dan bagaimana sejarah timbulnya sebutan tersebut? Dan yang kedua adalah bagaimana cara memasukkan Al Qur’an ke dalam sanubari kita?
Demikian ustadz yang saya tanyakan. Mohon penjelasannya.
Wassalamualaikum
“breng” Mansur, mahasiswa fakultas psikologi
Ustadz menjawab:
Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya akan mencoba menjawab secara ringkas disini.
1.Tentang ghoroibul kalimat dalam al Qur’an atau ghoroib al kalimat fi Al Qur’an Al Karim. Kata ghoroib sendiri berasal dari kata ghorib yang berarti asing. Dan ghoroib merupakan bentuk jamak dari kata ghorib.
Bacaan asing dalam Al Qur’an tersebut terjadi dalam segi kebahasaannya dan banyak dijumpai dalam Al qur’an yang jumlah ayatnya berjumlah lebih dari enam ribu ayat tersebut. Hal ini timbul karena kemukjizatan Al Qur’an dari segi ketatabahasaannya. Tetapi tidak semua ayat dalam Al Qur’an itu termasuk dalam ghoroibul kalimat.
Jadi yang dimaksud dengan ghoroib kalimat dalam Al Qur’an adalah bacaan-bacaan dalam Al Qur’an Al Karim yang tidak sesuai dengan tulisannya.
Kalau dari segi sejarah kemunculan ghoroibul kalimat, kita perlu kembali kepada kasus kodifikasi Al Qur’an dan munculnya ilmu-ilmu Qira’ah atau macam-macam pembacaan Al Qur’an. Pada awal turunnya Al Qur’an, sudah ada yang namanya ghoroib dan puncaknya adalah pada masa Rasulullah SAW, dimana terdapat beberapa daerah yang memiliki bacaan yang berbeda. seperti dalam permasalahan Hisyam r.a dan Umar r.a, dimana Umar sangat marah mendengar bacaan Hisyam yang berbeda dari apa yang didengarnya dari Rasulullah. Ketika itu surat yang dibaca adalah surat Al Furqan. Umar menghadapkan Hisyam kepada Rasulullah. Dan rasulullah sendiri membenarkan bacaan Al Qur’an yang dilafadzkan oleh Hisyam. Yang kemudian turun ayat yang berkenaan dengan “sab’u akhrufin” atau tujuh macam bacaan.
Pada masa sahabat terdapat lima macam mushaf. Dan ada riwayat yang menyatakan terdapat enam mushaf. dan di Indonesia sendiri, kita memakai mushaf Al Qur’an yang diriwayatkan oleh imam Hafsh dari gurunya imam Asyim thoriq As Syatibi (dengan jalan As satibi). Dimana di dalamnya terdapat huruf nun dhommah() yang bertemu dengan nun fathah() yang dituliskan dengan nun panjang bertasydid () pada surat Yusuf ayat 11, yang dalam pembacaannya sering dibilang aneh. Bacaan tersebut disebut dengan bacaan ismam, yang dalam pembacaannya, mungkin dalam bahasa kita menyebutnya agak kasar, dengan memonyongkan bibir. Dan ada juga bacaan imalah, tashil dan lain sebagainya yang dikategorikan dalam Ghoroibul kalimah.
Ghoroibul kalimah juga disebabkan oleh perubahan tulisan dan bacaan Al Qur’an oleh Zaid bin Tsabit r.a dalam penyusunan mushaf utsmany. Tentang ghoroibul kalimah ini kita kembalikan pada ilmu rosam usmany dan ilmu Qiro’ah itu sendiri.
2.Tentang bagaimana memasukkan Al Qur’an ke sanubari, terdapat dalam surat Al Furqan ayat 32 jus 16. Disini dijelaskan bahwa hakekat memasukkan Al Qur’an dalam ayat tersebut ditujukan pada nabi Muhammad SAW. Dan bagi kita sendiri adalah dengan ilham dan usaha kita. Dalam penurunan Al Qur’an yang selama lebih dari 22 tahun tersebut merupakan proses bagi nabi Muhammad SAW. Sehingga dapat dipahami bahwa memasukkan Al Qur’an ke sanubari membutuhkan proses dan usaha. Dan ada juga yang tidak membutuhkan proses, yaitu dengan ilham dari Allah SWT atau mereka yang diberi ilmu tersendiri oleh Allah. Selain itu dalam surat Asy Syu’ara ayat 192-195 juga memuat penjelasan tentang hal ini. Dan bagi kita, bagian Al Qur’an yang dimasukkan ke dalam hati adalah nilai-nilai atau kandungan dari Al Qur’an.
Pengisi ustadz adnin, dalam forum tanya jawab, buletin an naba, UIN Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar